Insanity of My Mind : Do You Care About Them?

Bulan Ramadhan ini memang bulan yang suci, penuh berkah dan kebahagiaan. Tapi mereka saudara kita di Palestina, mereka berbeda. Lihatlah, coba buka pikiran dan mata hati kalian lebar-lebar. Kalian bisa melihat di jendela internet atau pun di layar TV.

Apakah bulan Ramadhan ini saudara kita di tanah Palestina bahagia? Aku rasa mereka akan menjawab ‘Iya’. Bukan berarti mereka mendapat kebahagian yang (kadang) menurut kita bahagia. Mereka cukup bahagia sekaligus bersyukur masih tetap hidup di bulan yang suci ini. Itu yang kumaksud. Bahagia yang menurut kita biasa saja karana kita telah terbiasa menikmati apa yang tidak mereka nikmati dan kadang kita percaya besok masih ada hari lagi untuk diri kita. Itu berbeda. Saudara kita berjuang untuk tetap bertahan hidup meskipun terhunus pedang. Mereka bersyukur jikalau Allah SWT memberi ‘hari’ untuk mereka lagi.

Sejak 6 Februari 2007, Masjidil Aqsha (Al-Aqsha) di kota Al-Quds dikemukakan Zionis secara terang-terangan untuk memulai langkah pengancuran bangunan. Semua Zionis tidak kurang akal untuk bisa mengambil dan menguasai Al-Aqsha. Mereka menuntut untuk membagi dua Al-Aqsha yang telah menjadi saksi Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Tak hanya itu, penderitaan saudara Muslim kita di Palestina juga sangat berbeda dengan kita. Setiap hari, setiap jam, menit maupun detik, lantunan doa muncul dari mulut mereka. Biarpun mereka kekurangan makanan, bahkan juga kasih sayang dari diri mereka sendiri. Tak ada nada keputusasaan yang mereka keluarkan. Setiap hari raga mereka bagaikan diambang kematian. Tank-tank berjajar melindas bangunan-bangunan tempat tinggal saudara kita.

Tak ada seorang pun yang merasa dirinya baik-baik saja. Tak ada. Banyak yang terluka, tak sedikit yang meregang nyawa bahkan meninggal dunia. Hal itu tak asing dan menjadi santapan sekaligus resiko mereka tiap waktu. Allahu Akbar! Allah Maha Besar, hanya Dia-lah yang mampu melindungi kita semua. Dia-lah yang sudah menuliskan takdir semua manusia. Kita hanya manusia yang lemah tak ada bedanya dengan sebongkah roti yang bercelah. Ya, itulah kita. Tak ada yang melebihi Allah SWT. Para kafirlah yang merasa dirinya paling baik.

Apakah kami umat Muslim mempunyai salah terhadap Zionis itu? Kami tidak salah setitik pun. Lalu mengapa Al-Aqsha menjadi tujuan mereka? Mereka percaya karna kata mereka Al-Aqsha adalah kuil Sulaiman (Sulaiman Temple) yang dulu diruntuhkan pada berabad yang lalu. Lalu kini mereka ingin membangun kuil itu lagi dengan cara merobohkan bagunan Al-Aqsha. Mereka tak memang tak peduli pada umat Muslim. Bagunan masjid yang seharusnya ditapaki oleh umat Muslim, kini diinjak-injak oleh kaki Zionis. Al-Aqsha kabarnya telah digali dan sekarang akan diruntuhkan (dari bawah bangunan). Zionis juga melarang kaum Muslim untuk beribadah ke sana. Tak seharusnya larangan itu ditujukan pada umat Muslim karna itu memang tempat ibadah umat Muslim. Justru sebaliknya, Zionislah yang seharusnya minggir, berbalik dan ‘mempreteli’ tempat ibadah mereka sendiri.

Sebenarnya aku tak ingin mempengaruhi pikiran atau memintamu untuk mengubah pemikiran yang berbeda dari yang aku pikirkan. Aku hanya ingin menuliskan apa yang ada di pemikiranku. Aku percaya adanya perbedaan. Dan aku sangat benar menghargai itu. Jadi tolong jangan berfikir aku mencoba melakukan persamaan berpendapat. Aku menulis bukan untuk melampiaskan kebenciannku kepada kaum Yahudi atau pun warga Israel.  Atau terpikir olehmu aku manusia rasis yang membenci Yahudi, Israel dan sebagainya. Aku kemari bukan untuk mencari musuh. Hanya saja aku tidak menyukai mereka yang mengusik saudara Muslim  jauhku.

Setiap umat manusia yang ada di belahan dunia ini mempunyai hak untuk perdamaian. Ingatlah apa yang telah diajarkan guru untuk kita. Namun bisa kau lihat dunia ini terbalik dengan sebagian besar keinginan manusia. Sebagian manusia tidak menginginkan perdamaian. Walaupun itu secara langsung atau tidak langsung dunia tau dan itu telah terbukti. Itulah perbedaan. Kadang suatu perbedaan bisa mengisi. Sering juga menanggalkan korban. Perang dunia ketiga memang tidak ada secara kasat mata. Hati, otak  dan pemikiran yang terbuka manusialah yang bisa melihat banyak kejadian-kejadian tidak menusiawi yang terjadi. Semua itu nyata walau tidak terjadi tepat di depan mata kita. Banyak propaganda dan konspirasi ikut serta menghiasi dunia yang semakin tua ini.

Bulan Ramadhan ini bulan ke-14 dalam hidupku. Aku merasa beruntung menjadi Muslim sejak aku dikandungan. Aku merasa tepat memeluk kepercayaanku sepenuhnya. Di bulan Ramadhan ini, pertama kalinya aku benar-benar melihat dunia sesunguhnya. Seperti yang telah kukatakan tadi, dunia ini dihiasai propaganda dan konspirasi. Nyata walau kadang menjadi semu.

Bacalah artikel lain untuk lebih jelasnya, disini

Berdoalah untuk mereka. Atau kalian bisa menyumbangkan sedikit rejeki untuk saudara kita, disini

Bertanya atau sekedar protes kepadaku karna pemikiranku sendiri tak apa. Cantumkanlah komentarmu di kolom bawah ini:

0 komentar:

Posting Komentar